Allah berfirman :
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ (٨)وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّةُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ (٩)
“Maka dipungutlah ia (Nabi Musa yang masih bayi) oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya Dia menja- di musuh dan Kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Ha- man beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari” (QS Al-Qosos : 8-9)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
أَنَّ فِرْعَوْنَ لَمَّا رَآهُ همَّ بِقَتْلِهِ خَوْفًا مِنْ أَنْ يَكُونَ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ فَجَعَلَتِ امْرَأَتُهُ آسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ تُحَاجُّ عَنْهُ وتَذب دُونَهُ، وَتُحَبِّبُهُ إِلَى فِرْعَوْنَ
“Fir’aun tatkala melihat nabi Musa (yang masih bayi-pen) maka iapun ingin membunuhnya, karena ia kawatir bayi tersebut dari bani Israil. Maka istrinya –yaitu Asiah binti Muzahim- pun berusaha membela si kecil Musa dan ia berusaha agar Fir’aun menyayangi si kecil Musa” (Tafsir Ibnu Katsir : 6/222).
Yaitu istri Fir’aun berkata kepadanya : “(Ia/sikecil Musa) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak….”
Jika Fir’aun yang begitu sesatnya, begitu kafirnya, begitu bengisnya, bahkan mengaku sebagai tuhan… ternyata mengalah sama istrinya…lantas bagaimana dengan anda yang beriman kepada Allah dan hari akhirat…??, yang beriman bahwa menyayangi istri dan bersabar dengan kekurangannya mendatangkan pahala di akhirat kelak…??!!
Sungguh benar kata orang : Suami sabar disayang istri….
Tentu sebaliknya juga… istri sabar disayang suami….
Maka jika istri anda sedang ngomel sabarlah…..dan jika suami anda sedang ngomel maka bersabarlah….
berilah nasehat kepada istri/suami nanti saja tatkala sudah reda atau tatkala lagi bermesraan. Hindari memberi nasehat (atau yang lebih tepat : melampiaskan kemarahan ??) tatkala sedang emosi..